Dreams are renewable. No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born.

-Dale Turner-

jeudi 8 avril 2010

Woman’s Worth


Foto    : Zadly Andi Pangnguringseng
Lokasi : Telaga Sarangan

Siang menjelang pukul 12.30 di suatu kawasan pasar terpadat di Surabaya, bertiga dengan sahabat saya sejenak terpaku dengan seorang perempuan separuh baya berpakaian putih entah coklat lusuh dengan keringat membanjiri tubuhnya sedang menjinjing barang belanjaan yang saya yakin itu lebih dari setengah berat badannya. Sayur mayur menjadi satu dalam karung goni bekas yang sudah memudar warnanya dan terkoyak di setiap sudutnya. Dia berjalan diiringi oleh anak perempuannya yang berusia sekitar 6 tahun, cemot bekas saus terlihat jelas di bibir mungilnya, ditangannya tergenggam erat es cincau yang masih utuh bertali belum diseruputnya. Anak perempuan itu berjalan terseok-seok, struktur kakinya yang asimetris mungkin yang menyebabkan dia berlaku seperti itu. Deru mesin dan kepulan asap hitam disusul lengkingan suara seorang laki-laki berperawakan tinggi besar rupanya menarik wanita itu. Lelaki itu sedikit berkata-kata kasar namun tak juga membantu wanita itu mengangkat goni keatas mobil. Dengan susah payah, wanita itu mengangkat goni penuh muatan keatap mobil, sementara anaknya masih diam menunggu ibunya dengan berman-main dengan plastik es nya.  Setelah berhasil menaikkan bawaannya keatap, wanita itu kemudian meraih putrinya dan masuk mobil yang penuh sesak. Paling tidak dia sedikit terlindung dari teriknya Surabaya. 3 menit berlalu setelah angkutan itu hilang dari pandangan kami,  dan kami hanya terdiam satu sama lain, entah dua sahabat saya itu apakah juga sedang memikirkan hal serupa dengan saya atau diam karena saya diam. 

3 jam kemudian, di tempat yang berbeda dan orang-orang yang berbeda pula, saya tepat berada di suatu tempat dimana tiap wanita dimanja dengan berbagai macam treatment kecantikan. Meskipun saya pribadi adalah perempuan tapi saya mengakui wanita-wanita yang hilir mudik di tempat ini semuanya cantik, anggun dan mahal. Saya pun terlarut dengan pemandangan, tanpa terasa hati ingin mencoba. Saya pun bangkit dari duduk dan mendekati customer service, tertarik dengan paket relaksasi yang kebetulan sedang diskon 60% khusus untuk Mahasiswi. Tak lama saya pun dimanjakan dengan sapuan scrub, minyak zaitun dan apalah yang membuat kulit saya seakan segar dan muda kembali. Oh, jadi begini rasanya jadi wanita metro, haha!!

Intinya saya sedang mencari identitas seorang wanita, terlepas ataupun tidak dari pakaian dan perhiasan yang mereka kenakan. Ini terkait dengan eksistensi dan dedikasi, istri terhadap suami, ibu terhadap keluarga, dan atau pacar terhadap pacar. 

Wanita semenjak lahir diberi keistimewaan oleh Tuhan, terlepas wanita ternyata mempunyai kelemahan dan kekurangan akal. Kurangnya akal wanita adalah kurang dalam hal metode dan tahapan berfikir ilmiah yang berpengaruh kepada fikiran, dan bukan pada kemampuan alami fikir itu sendiri atau kemampuan otak. Itulah kenapa wanita belum mampu terekam dalam sejarah menjadi pemimpin yang besar dan revolusioner. Feminisme belum mampu merubah kodrat sejati pribadi wanita. Dalam garis waktunya, feminisme hanya mampu menyelamatkan wanita dari lembah perbudakan, budak rumah tangga dan budak nafsu pria. Ketika digadang istilah emansipasi yang tejadi malah kekecewaan di kubu pria karena wanita tak lagi paham konsekuensi terlahir menjadi penerus hawa.   


Terkadang, dengan tidak memaksa diri menjadi apa-apa justru itu yang lebih berharga. Cukup bisa memposisikan diri dengan baik disamping pria, menjaga kehormatan keluarga dan menyiapkan generasi yang bermartabat bagi agama, keluarga, lingkungan dan bangsa*. 

*) terinspirasi oleh quote kawan. 


0 commentaires: