Dreams are renewable. No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born.

-Dale Turner-

lundi 16 novembre 2009

Tabloid Vivat Vol.1


Tabloid Vivat Volume 1 telah beredar, ada tiga versi, pertama versi pdf, e-book portable dan tentunya versi cetak. silahkan di download versi digitalnya disini

Tandoori Love at Europe On Screen, CCCL Surabaya


CCCL Surabaya bikin heboh lagi, selama 2 hari berturut-turut yakni 14 – 15 November lalu sempat diadakan Festival Film Eropa yang menghadirkan 4 film dari 4 negara yang berbeda. Sebenarnya acara ini tidak hanya di CCCL, tapi juga digelar di berbagai perwakilan kebudayaan Eropa di Indonesia, seperti CCF Bandung, Erasmus Huis, Instituto Italiano Di Cultura, Goethehaus, dan Blitz Megaplex Jakarta. Europe On Screen sendiri sebenarnya telah digelar mulai Oktober lalu, dengan sekitar 40-an film dari berbagai macam genre.

Untuk Surabaya, FFE dipusatkan di CCCL, 4 Film yang diputar adalah “Hoe Overleef Ik Mezelf” dari Belanda, “Solidarnoua,Solidarnoua” dari Polandia, “Tandoori Love” dari Swiss dan “A Corte Do Norte” dari Portugal. Tidak semua film berhasil saya tonton, sebab ada film yang baru mulai pukul 20.00 WIB dan durasinya lebih dari 2 jam, otomatis pulang malam, resiko tinggi, apalagi saya nontonnya sendirian.

Diputar di Kebun CCCL, tepat pukul 18.00 WIB film yang saya tunggu-tunggu, Tandoori Love pun dimulai. Genre film ini adalah drama cinta, tak ketinggalan komedi usil khas Eropa. Film ini termasuk film yang cross-culture, memadukan unsur Swiss yang terkenal polite, dan India yang romantis dan dangdut abis. Sonja, seorang pramusaji cantik telah bertunangan dengan bos tempat dia bekerja, Markus. Kisah cinta mereka berjalan normal sampai akhirnya Sonja bertemu dengan Rajah, juru masak Bollywood, di suatu supermarket. Rajah seperti menemukan belahan hidupnya seketika begitu melihat Sonja, seketika itu pula Rajah bilang ke Sonja,” Ma’am you marry me, and I’ll cook for you.”, dan dengan usahanya yang konyol akhirnya Rajah pun bekerja di tempat yang sama dengan Sonja, di restauran Markus. Begitu Rajah menjadi bagian dari restauran tersebut, banyak pelanggan yang menyukai menu-menu baru ala India, dan akhirnya restauran milik Markus menjadi idola bagi kaum jet-set. Usaha Rajah menarik hati Sonja berbuah juga, dimana akhirnya Sonja juga jatuh hati pada sang koki. Disaat yang sama, tim film Bollywood yang sedang melakukan syuting di Swiss dibuat kalang kabut gara-gara hilangnya Rajah dari tim mereka, padahal Priya, sang aktris, tidak mau makan kalau tidak menu buatan Rajah. Pencarian Rajah pun dimulai oleh salah seorang kru, sampai akhirnya sang sutradara menemukan Rajah di restauran tersebut dan terjadilah perkelahian anatara Rajah dan si Sutradara yang menyebabkan sang Sutradara kena pisau yang biasa dipakainya untuk mangiris daging. Kisah cinta antara Sonja dan Rajah semakin menjadi-jadi, terlepas bahwa Sonja adalah tunangan Markus. Intimya film ini Happy Ending, Sonja menemukan cintanya bersama Rajah.

Overall seperti itulah alur film Tandoori Love, ceritanya standart, tetapi banyak hal yang tidak akan Anda temui di film-film Hollywood. Film ini bisa dibilang semi musikal, bagaimana tidak…. Unsur India-nya kuentel, sebentar-sebentar berkhayal lalu nyanyi-nyanyi sambil nari-nari gak jelas. Tapi justru film seperti inilah yang sangat saya rekomendasikan untuk Anda yang sedang stress, banyak pikiran atau sekedar cari hiburan gratis. Ups, film ini meskipun ditonton rame-rame tapi tidak ada sensor loh…hehehee.



mardi 7 juillet 2009

A Sight of Kampung Baru Port, Balikpapan


Gambar ini diambil menjelang terbenamnya matahari, sekitar pukul 16.30 WITA. Sepulang dari kerja praktek di Kantor Pemasaran VI PT. Pertamina regional IV Balikpapan. Di tepi pelabuhan ini saya sempat bercakap-cakap dengan penduduk setempat, sedikit bertanya tentang Pulau seberang yang juga tampak di foto. Okey, tidak banyak yang saya ceritakan disini, karena hanya beberapa gambar saja yang berhasil saya ambil. Semoga tercapai nyebrang pulaunya..

vendredi 3 juillet 2009

Twenty First Something

Balikpapan, 1 Juli 2009, 00.05 WITA

Alhamdulillaah, sampai juga di usia ke-21. Lagi-lagi usia baru bertanda jatah hidup semakin berkurang, namun tanggungjawab pasti akan bertambah. seperti tahun-tahun sebelumnya, yang saya lakukan hanyalah cukup bersyukur pada Sang Pemberi Kehidupan, rasa syukur yang hanya bisa diungkapkan lewat panjatan do’a dan senandung rindu nan merdu pada-Nya.

Tak ada harapan khusus, seperti biasanya saja. Semoga dilancarkan segala urusan, diberi usia yang bermanfaat, ilmu dan juga hidup yang bermanfaat bagi diri maupun orang lain, barokah untuk agama, dunia dan juga akhirat. Saya tetap percaya, Alloh masih akan terus memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya yang satu ini.

21, angka yang manis. Semanis empunya Blog..hehehe..